Messaging Framework adalah struktur strategis yang digunakan untuk mengatur, menstandarkan, dan menyelaraskan pesan utama sebuah merek di seluruh kanal komunikasi.
Kerangka ini memastikan bahwa semua pesan — baik dalam konten pemasaran, presentasi, media sosial, maupun komunikasi internal — terdengar konsisten, relevan, dan selaras dengan nilai serta tujuan bisnis.
Dengan messaging framework, setiap anggota tim dapat berbicara “dengan satu suara” (one voice) yang mencerminkan identitas dan kepribadian merek.
Arti Messaging Framework
Messaging Framework berfungsi sebagai peta pesan utama (core messages) yang membimbing cara merek berkomunikasi dengan berbagai audiens.
Framework ini menghubungkan strategi merek dengan eksekusi komunikasi, sehingga pesan yang disampaikan tidak hanya menarik tetapi juga bermakna dan efektif.
Secara umum, framework ini terdiri dari:
- Core Message: pesan utama yang mencerminkan nilai dan janji merek.
- Supporting Messages: pesan pendukung yang memperkuat proposisi nilai.
- Proof Points: bukti konkret yang mendukung klaim utama (data, studi kasus, penghargaan).
- Audience Segmentation: penyesuaian pesan berdasarkan target audiens.
Tujuan Messaging Framework
- Menyelaraskan pesan lintas kanal dan tim komunikasi.
- Menjamin konsistensi dan kejelasan dalam narasi merek.
- Meningkatkan relevansi pesan terhadap kebutuhan audiens.
- Mempercepat proses pembuatan konten dan kampanye.
- Menghindari distorsi atau kontradiksi dalam komunikasi merek.
Fungsi dan Manfaat Messaging Framework
Framework ini menjadi fondasi narasi merek yang digunakan oleh seluruh divisi—mulai dari marketing, sales, hingga public relations.
Manfaat Utama
- Konsistensi Pesan: semua komunikasi berbicara dengan arah yang sama.
- Efisiensi Operasional: tim tidak perlu memulai dari nol setiap kali membuat konten.
- Relevansi Audiens: pesan disesuaikan berdasarkan persona, tahap funnel, atau konteks.
- Koherensi Strategi: mendukung keselarasan antara positioning, brand voice, dan konten.
- Peningkatan Dampak Kampanye: pesan yang fokus dan kuat lebih mudah diingat dan dikonversi.
Cara Membuat Messaging Framework
1. Definisikan Tujuan dan Audiens Utama
Tentukan siapa yang ingin Anda jangkau (misalnya pelanggan B2B, konsumen akhir, atau investor).
Kenali pain points dan motivasi mereka agar pesan dapat disesuaikan dengan konteks yang tepat.
2. Rumuskan Pesan Utama (Core Message)
Tuliskan pernyataan yang menjawab: “Apa janji utama merek ini?”
Contoh:
“Kami membantu bisnis tumbuh lebih cepat melalui solusi data yang mudah diakses dan terintegrasi.”
3. Tambahkan Pesan Pendukung (Supporting Messages)
Perkuat core message dengan 3–5 pesan pendukung yang menggambarkan keunggulan, nilai, atau manfaat produk.
4. Sertakan Bukti Pendukung (Proof Points)
Tambahkan data, penghargaan, ulasan pelanggan, atau hasil studi untuk meningkatkan kredibilitas pesan.
5. Segmentasikan Berdasarkan Audiens
Sesuaikan versi pesan untuk tiap persona. Misalnya:
- Investor: fokus pada pertumbuhan dan skalabilitas.
- Pelanggan: fokus pada manfaat langsung dan kemudahan.
- Media: fokus pada dampak sosial atau inovasi teknologi.
6. Uji dan Dokumentasikan
Lakukan uji pesan (message testing) untuk mengukur resonansi dengan audiens target, lalu dokumentasikan hasilnya dalam panduan internal (messaging playbook).
Struktur Messaging Framework
Struktur dasar framework biasanya terdiri dari lapisan berikut:
Lapisan | Fungsi | Contoh |
---|---|---|
Brand Promise | Nilai inti yang dijanjikan merek | “Memberdayakan bisnis untuk tumbuh lebih cerdas.” |
Core Message | Pernyataan utama yang ingin disampaikan | “Solusi digital kami membantu Anda menghemat waktu dan biaya.” |
Supporting Message | Detail yang menjelaskan manfaat | “Integrasi cepat dengan sistem Anda tanpa kode tambahan.” |
Proof Points | Bukti atau validasi | “Dipercaya oleh 2.000+ perusahaan di Asia Tenggara.” |
Audience Adaption | Penyesuaian pesan | “Untuk startup → fleksibel; untuk enterprise → aman & terukur.” |
Praktik Terbaik dan Kesalahan Umum
Praktik Terbaik
- Gunakan bahasa yang jelas, ringkas, dan berorientasi manfaat.
- Pastikan setiap pesan dapat didukung bukti (proof point).
- Selaraskan framework dengan brand voice dan tone of voice.
- Libatkan pemangku kepentingan lintas tim dalam penyusunannya.
- Revisi secara berkala agar pesan tetap relevan dengan tren pasar.
Kesalahan Umum
- Menggunakan jargon berlebihan tanpa konteks audiens.
- Tidak menguji efektivitas pesan sebelum digunakan.
- Fokus hanya pada fitur, bukan manfaat bagi pengguna.
- Mengabaikan perbedaan kebutuhan antar segmen audiens.
- Tidak memiliki dokumentasi resmi, sehingga pesan berubah-ubah.
Contoh Penerapan Messaging Framework
Sebuah perusahaan SaaS menyusun messaging framework baru untuk menyatukan komunikasi antara tim marketing dan sales.
Mereka mendefinisikan:
- Brand Promise: “Solusi yang memberdayakan keputusan berbasis data.”
- Core Message: “Platform analitik kami menyederhanakan proses bisnis Anda.”
- Supporting Message: “Mudah diintegrasikan, aman, dan hemat biaya.”
- Proof Point: “Meningkatkan efisiensi operasional hingga 35%.”
Hasil: komunikasi antar tim menjadi selaras, waktu pembuatan materi marketing berkurang 40%, dan konversi lead-to-deal naik 22%.
Studi Kasus Singkat
Elemen | Sebelum | Sesudah | Dampak |
---|---|---|---|
Pesan | Tidak konsisten antar kanal | Seragam & fokus pada manfaat | CTR +27% |
Tim | Marketing & Sales terpisah | Terintegrasi dengan framework | Alignment meningkat |
Hasil | Waktu produksi konten lama | Lebih cepat 40% | Konversi +22% |
FAQ Messaging Framework 2025
1. Apa bedanya Messaging Framework dan Brand Voice?
Brand voice adalah gaya komunikasi, sedangkan messaging framework berisi isi pesan utama dan cara menyampaikannya.
2. Apakah framework ini sama dengan strategi konten?
Tidak. Framework ini menjadi dasar bagi strategi konten agar setiap artikel, iklan, dan kampanye memiliki arah pesan yang sama.
3. Seberapa sering perlu diperbarui?
Idealnya setiap 12–18 bulan, atau ketika merek melakukan repositioning.
4. Siapa yang bertanggung jawab menyusunnya?
Biasanya tim brand, marketing communication, atau product marketing dengan masukan dari divisi lain.
5. Apakah perlu diuji sebelum digunakan?
Ya, lakukan message testing untuk memastikan pesan efektif dan sesuai persepsi audiens.
Istilah Terkait
Referensi
- HubSpot — How to Build a Messaging Framework.
- Nielsen Norman Group — Messaging Hierarchy and Content Alignment.
- Content Marketing Institute — Creating a Consistent Brand Message.
- Gartner — Message Testing in B2B Marketing.
- Drift — Practical Guide to Sales Messaging Frameworks.